Selasa, 29 Maret 2011

EMPAT JENIS PERTANYAAN

Petuah orang bijak; “Malu bertanya sesat di jalan” meyiratkan makna bahwa agar kita tidak segan untuk menanyakan sesuatu yang kita tidak tahu, agar kita tidak salah dalam memahami atau melakukan sesuatu dan tidak menjadi orang yang merugi.

Namun kadang-kadang kita menjumpai nasehat yang seolah-olah “kontradiksi”, di satu kesempatan ada yang memberi nasehat; Kalau ada yang belum jelas silahkan bertanya jangan malu-malu, namun di kesempatan lain ada yang nasehat dengan tegas; Jangan banyak bertanya sebab itu ciri-ciri orang Bani Israil dan termasuk 3 perkara yang dibenci oleh Allah !

Lalu …, mana yang benar; Bertanya, atau .... Diam saja ???

Untuk menjawab pertanyaan tersebut baiknya kita kenal dahulu jenis-jenis pertanyaaan;

1. Bertanya karena ingin tahu. Ini adalah jenis pertanyaan yang bukan hanya boleh tapi wajib kita lakukan; kalau memang belum tahu/faham maka jangan segan-segan untuk bertanya, hal ini sesuai dg firman Allah;

فَاسْأَلُوا أَهْل الذِّكْر إِنْ كُنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ
Maka bertanyalah pada orang yang mempunyai peringatan (ahli ilmu) jika kalian tidak tahu. QS. An-Nahl : 43. dan Al-Anbiya’ : 7.

Sabda Nabi S.A.W :
أَلاَ سَأَلُوا إِذْ لَمْ يَعْلَمُوا فَإِنَّمَا شِفَاءُ الْعِيِّ السُّؤَالُ
Mengapa mereka tidak mau bertanya ketika tidak tahu ? maka sesungguhnya obatnya kebodohan (hanyalah) bertanya. HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad.

2. Bertanya karena dengan tujuan berbagi ilmu pada orang lain

Biasanya dilakukan oleh orang “Alim” yang mengikuti suatu majelis ilmu dia melihat bahwa banyak orang yang belum faham atas beberapa perkara akan tetapi mereka malu atau segan bertanya kepada sang guru, maka si Alim berinsiatif untuk bertanya “mewakili” teman2nya yg belum faham, hal ini pernah terjadi di zaman Rasulullah S.A.W beliau pada suatu hari didatangi seorang lelaki yang asing (tidak ada seorangpun dari sahabat yg mengenalnya), dia bertanya kepada Rasulullah tentang 4 pertanyaan; apakah arti Islam, Iman, Ihsan dan Qiyamat, setelah semuanya dijawab oleh Rasulullah S.A.W lelaki itu pun pergi, kemudian beliau memberi tahu kepada para sahabat; Dia (yang bertanya) adalah Jibril datang kepada kalian untuk mengajarkan (ilmu) agama pada kalian. HR. Al-Bukhari : Kitab Al-Iman

3. Bertanya karena ingin menunjukkan bahwa dirinya lebih tahu daripada yang ditanya. Ini adalah pertanyaannya orang yang sombong yang telah melanggar etika atau adab orang mencari ilmu.

4. Bertanya karena ingin merubah hukum. Ini adalah jenis pertanyaan yang 100% tipikal “Bani Israil” dan yang dilarang oleh Allah serta Rasulullah S.A.W pertanyaan seperti ini sangat bervariasi, ada yang karena menganggap terlalu ringan kemudian ditanyakan lagi sampai akhirnya peraturan/perintah berubah yang haram-menjadi halal dan sebaliknya, atau yg ringan menjadi berat, seperti kisah Bani Israil ketika diperintah memotong sapi betina (lihat QS. Al-Baqarah : 67-73.)

Kesimpulan :

- Pertanyaan nomer 1 dan 2 itu jenis pertanyaan yang diperbolehkan bahkan “wajib” hukumnya.

- Sedangkan pertanyaan jenis nomer 3 dan 4 haram hukumnya dalam hal ini Allah dan Rasul telah memberi peringatan keras;

يَا أَيّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَسْأَلُوا عَنْ أَشْيَاء إِنْ تُبْدَ لَكُمْ تَسُؤْكُم
Wahai orang2 yg beriman janganlah kalian bertanya dari perkara-perkara yang jika diterangkan (jawabannya) maka akan membertakan kepada kalian. QS. A-Maidah : 101

أَعْظَم الْمُسْلِمِينَ فِي الْمُسْلِمِينَ جُرْمًا مَنْ سَأَلَ عَنْ شَيْء لَمْ يُحَرَّم فَحُرِّمَ عَلَى النَّاسِ مِنْ أَجْل مَسْأَلَته
Orang-orang Islam yang paling besar dosanya adalah orang yang bertanya tentang sesuatu yang tidak diharamkan, (akhirnya) diharamkan gara-gara pertanyaannya. HR. Abu Dawud : K. Sunnah

- Bertanya pun ada aturannya, Nabi Nuh alaihis salam pernah ditegur oleh Allah gara-gara “menanyakan” sesuatu yang tidak berlandaskan ilmu, yaitu mempertanyakan; kenapa anak “semata wayang” yang sangat dicintainya termasuk orang yang ditelan badai (lihat QS. Hud : 45-47).

Jadi ….., Jangan takut bertanya selama anda memang belum faham karena hanya dengan bertanyalah anda akan menjadi faham, dan yakinlah bahwa anda akan mendapat pahala serta manfaat yang banyak sebab pertanyaan anda.

Tapi…., Takutlah bertanya jika niat anda sudah tidak “jujur” misalnya hanya karena ingin pamer, atau menjatuhkan wibawa guru yang ditanya, atau ingin merubah hukum “yang halal menjadi haram dan sebaliknya”.

SELAMAT BERTANYA

HAKIKAT KEHIDUPAN


Assalamu alaikum

Saudara-saudaraku....,

Hidup ini penuh dengan "masalah" .., dan kita dikehendaki untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, bukan lari darinya; Yang tua, yang muda, yang bujang, yang berumah-tangga, yang kaya, yang miskin yang berkuasa, yang rakyat jelata, atau apapun status dan keadaannya, "masalah" senantiasa ada di hadapannya.

Suatu anugerah yang luar biasa dariNya bahwa hingga saat ini kita masih mampu bertahan (hidup) untuk menghadapi masalah-masalah tersebut,

Ketahuilah bahwa orang-orang kafir yang hidup dengan segala "kebebasan"nya juga tidak pernah luput dari "masalah", namun perbedaan antara kita dengan mereka, bahwa usaha kita dalam mengatasi masalah-masalah yang kita hadapi disertai dengan kesabaran, ketawakalan akan menjadi simpanan pahala yang besar di sisi Allah;

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Sesungguhnya orang-orang yang sabar akan diberi pahala mereka dengan tanpa hisaban. QS. Az-Zumar : 10

Dan kita mempunya harapan surga sedangkan “mereka” tidak;

إِنْ تَكُونُوا تَأْلَمُونَ فَإِنَّهُمْ يَأْلَمُونَ كَمَا تَأْلَمُونَ وَتَرْجُونَ مِنَ اللهِ مَا لاَ يَرْجُونَ
Jika kalian terluka maka (ketahuilah bahwa) mereka juga terluka sebagaimana kalian, akan tetapi kalian mempunyai harapan dari Allah pd apa (surga) yang mereka tidak bisa mengharapkannya. QS. An-Nisa' : 104

Oleh karenanya jangan pernah berputus asa menghadapi "masalah" seberat apapun, mengadulah kepada Zat yang tidak pernah bosan mendengar aduan kita, curhatlah kepada Zat yang senantiasa menyediakan waktu untuk mendengarkan curhat kita, mengeluhlah kepada Zat yang tidak pernah muak untuk mendengarkan keluh-kesah kita, mintalah tolong kepada Zat yang tidak pernah pelit untuk memberikan pertolonganNya kepada kita. Dialah Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sertailah itu semua dengan....

Perbanyak membaca al-Quran setidak-tidaknya 1 juz dlm sehari dan bersungguh2lah untuk dapat menikmatinya, kerjakanlah shalat malam (tahajud), rutinkanlah shalat hajat minimal sehari sekali, kerjakanlah shalat tasbih minimal seminggu sekali, rutinkalah istigfar dan shalawat atas Nabi minimal dalam satu hari 100x.

Selanjutanya…..,

Bersiap-sedialah untuk panen/memetik : pertolongan, kemenangan dan SURGA pasti !. Barokallahu lakum

Sabtu, 12 Maret 2011

MACAN ATAU KUCING


Saya pernah mendengar sebuah nasihat dari temen kolega disebuah forum pengajian,nasihat yg disampaikan cukup berapi api sehingga memacu adrenalin bagi para pendengarnya,Harus saya akui bahwa temen saya ini termasuk piawai dalam hal menghipnotis massa,audien seakan terpikat dgn setiap kalimat yg keluar dari mulutnya,ditambahlagi dgn ekspresi wajah dan body language yg cukup meyakinkan..!
Begitu tmen saya tsb usai dari menyajikan nasihat,saya mengajaknya utk sekedar share dan berdiskusi membahas tindak lanjut dari materi nasihat yg telah disampaikan,Sungguh diluardugaan,ternyata tmen saya tsb terkesan ogah2an,dan tidak memberikan reaksi serta tanggapan yg positif dari beberapa tema yg sengaja saya ajukan sebagai tema dalam perbincangan tsb,!
Sayapun bertanya dalam hati,kenapa kok ini orang tidak "segarang" sewaktu diatas podium,kenapa justru ketika dialam nyata(dilapangan)justru kok kemudian menjadi lesu,bukankah seharusnya ide2 yg dia sampaikan dalam nasihat tsb dia tindak lanjuti dialam nyata,seabrek pertanyaan seakan memenuhi benak saya pada saat itu,,!
Fenomena seperti ini sering kita dapati dalam jamaah,!semangat dipodium tapi impoten dialam nyata,orang dgn tipikal seperti ini saya ibaratkan layaknya seorang superter yg berteriak mencemooh para pemainnya,sementara dia sendiri ora godak bermain dilapangan,karna selain suporter dia juga spesialis tukang keplok keplok karo njukokke bal(spesialis tukang tepuk tangan dan tukang ngambilin bola)
Betapa banyak Macan dipodium,namun kemudian menjadi kucing dialam nyata,semestinya adalah menjadi macan diatas podium sekaligus menjadi macan pula dialam nyata,!
Jelasnya,tidak hanya piawai didalam memotivasi dan memberi stimulus,tapi juga handal dalam memberikan teladan dan contoh dilapangan..!
Silahkan jadi macan,tapi jgn hanya diatas podium,pun demikian sekiranya ketika dialam nyata,,,!
Teladan memotivasi teladan pula dalam memberi coNtoh..!!

SEGERALAH OPNAME HATI


Sampeyan pernah nyaksikan orang makan Kepiting? Atau malah sampeyan pernah makan kepiting? Itu adalah aktifitas makan yang penuh perjuangan. Karena acara makannya diawali dulu dengan pertempuran melawan cangkang, yang seringkali mengorbankan jari, lidah, dan bibir. Tapi tetep saja makin asyik. Malah harganya muahal pol(Ada aghnia yag pernah sodakoh,saya lihat label harganya per porsi 50 ribu,guendeng tenan),,,!yang jelas kenikmatannya berbanding lurus dengan perjuangannya.

Beda lagi dengan makan sego bandeng alias sego kucing. Ini menu khas kaum dhuafa wal marjinal, berupa sego sak kepel dirubung sambel sak uprit, plus bandeng atau ikan asin nyak mit. Tak sampai sepeminum teh bisa ludes sebungkus. Rasanya ngedabh-edabhi. Mak nyoss..kotos-kotos.

Beda lagi dengan makan kambing guling, eyem penggeng, es kopyor, es cendol atau menu makanan dan minuman lainnya. Gak usah diceritakan,takutnya nanti pada kemecer,alias ngeces,,,!

Tapi bayangkan jika sampeyan kena trilogy sariawan, alias sariawan ditiga tempat sekaligus. Satu di ujung lidah, satu di tenggorokan, satu lagi di pipi dalam dimana biasa dipakai ngunyah. Acara makan bisa menjadi acara penuh siksaan. Makan gak banyak, gak mau lama-lama, menu apapun bisa bikin derita. Apalagi jika ditambah giginya kerowok semua dan pas kumat…. wuuaah… mantabh.

Jadi untuk mendapatkan rasa nikmatnya makanan, selain makanannya sendiri harus nyamleng, si penikmat juga harus beres kesehatan inderanya. Itu berlaku tidak hanya untuk makanan. Bahkan untuk urusan seksual pun begitu. Istri muda, cantik, kinclong moblong-moblong, perawan, tapi si suami penisnya udunen alias bisulan… wuaahhh… urusan ranjang bisa jadi gulung kasur..alias preeiiii...alias libur dulu,"gagal nanam saham"teori C 59(cinta 5 menit hasil 9 bulan) nggak bakaln bisa dipraktekin,,,!

Nah itu urusan dhohir. Sekarang coba sampeyan rasakan sholat dan puasa sampeyan! Menyiksa diri sampeyan gak? Saat sholat, sampeyan merasakan nikmatnya sholat gak? Atau pinginnya buru-buru? Kalo dapet imam agak lama berdirinya, misuh-misuh dalam hati. Bahkan ada konco simbah kalo mau jadi makmum pesen sama imamnya, “Ntar suratnya qul-hu sama wal ngasri saja ya…” Kalo dapet imam yang sholatnya ala wong kebelet B.A.B, senengnya minta ampun.. mak brebet..jrooot.. salam.

Demikian pula gimana hati sampeyan saat sedekah? Berat penuh siksaan, atau ringan penuh kenikmatan? Gimana hati sampeyan saat mbaca dan tadarus al qur’an? Penuh kelezatan menikmati hurup demi hurup, atau ngebut nabrak ngalor ngidul yang penting katam 30 juz?? Gimana hati sampeyan kalo berjilbab? Merasa lebih malu saat rambut kepalanya ditutupi, melebihi malunya mereka yang bahkan rambut kemaluannya saja diumbar??

Nikmat dan tidaknya ibadah kita sebenarnya lebih banyak ditentukan beres tidaknya indera batin kita. Kalo indera batinnya sehat, maka sholat, puasa, sedekah, tadarus Al Qur’an, taraweh, berjilbab, dlsb adalah menu nikmat yang enak disantap dan perlu.

Maka Nabi saw sholat malam kakinya sampai abuh bengkak gak masalah. Nyerinya abuh kalah oleh nikmatnya sholat. Sebagaimana nyerinya ketusuk cangkang kepiting kalah oleh lezatnya daging kepiting. Sholat lama malah nyamleng, seperti gak mau berakhir sebagaimana sedapnya menikmati sate tusuk demi tusuk… gak mau segera kenyang dan berakhir.

Jadi, kalo ada yang sholatnya ngebut pencilakan, al fatihah dibaca dalam satu napas, trus sujud rukuk cuma manthuk-manthuk kayak manuk engkuk alias manuk ancel galeng , itu orang indera batinnya lagi error. Gak doyan barang enak, sebagaimana suami yang isterinya bahenol tapi penisnya udunen wal bisulen tadi.

Di Kitabullah diceritakan tentang orang munapik. Ini oknum batinnya ada penyakitnya, alias fii qulubihim marodhun. Maka akibatnya segala macem ngibadah maunya kilat ekspress, karena gak mau ndikir illa qolilaa (kecuali nyak mit saja). Maka kalopun sholat ya model orang aras-arasen. Ninggal sholat ogah, serius juga gak mau…

Sekarang rasakan pada diri kita. Seberapa nikmat ibadah bisa kita rasakan? Kalo masih macem orang kesiksa, berarti batin sampeyan error, perlu diobati, perlu diopname. Kalo buat sakit dhohir saja mau njual sawah, sapi, mobil, dan bahkan rumah agar dhohir sehat, lantas apa yang bisa sampeyan korbankan agar batin bisa sehat? Mau opname dimana batin sampeyan?

Sebagian pini sepuh ada menyarankan bahwa ibadah shalat malam, bisa jadi Rumah Sakit sarana menyehatkan batin. Rawat inap, minum obat pahit, makan menu rumah sakit yang dijamin anyep nggak berasa, blas gak enak, dengan menjalani banyak pantangan, gak boleh ini dan gak boleh itu. Tapi kalo selama dirawat kok klayapan, pantangan dilanggar, obat dimuntahin, makan enak sak karepe dewe.… keluar dari rumah sakit akan semakin parah penyakitnya. Yang jelas, saat ini makin banyak manusia yang kehilangan nikmatnya beribadah…..
dan malah banyak merasakan nikmatnya maksiat,,,!
 By Bayu Rafflessia

MAU KEMANA SAMPEAN......?


Apapun propesi dan peran yang kita jalani, kita hidup di dunia ini ibarat mampir ngombe dalam satu perjalanan menuju satu tempat. Baik itu dokter, ingsinyur, pilot, chef, kacung, ataupun propesi lainnya, semuanya sedang melakukan satu perjalanan menuju ke suatu tujuan. Semuanya memiliki Bendoro yang sama, yakni Sang Maha Pencipta, Yang Maha Kuasa, Yang dalam Islam memperkenalkan diri-Nya dengan nama ALLAH, yang lantas secara tidak orisinil dipakai juga oleh pihak lain.

Bayangkan jika itu adalah Kang Sukipel yang ditugasi bosnya kerja di kantor cabang di antabarantah sono. Oleh sang Bos, Kang Sukipel disuruh kembali ke kantor pusat di Jakarta. Dibekalilah Kang Ngaidin dengan uang limaratus rebu ripis untuk datang ke kantor pusat guna menghadap sang Bos. Maka Kang Sukipel sudah memiliki tujuan perjalanan, yakni ke Jakarta, dan sudah memiliki uang bekal yakni limaratus rebu ripis.

Maka begitu sudah memiliki tujuan perjalanan dan bekal, segala sesuatu yang dilakukan di perjalanan hanya akan diarahkan oleh Kang Sukipel demi sampainya dia ke Jakarta. Kendaraan yang dipakainya, apapun itu, haruslah yang jurusan Jakarta. Di dalam perjalanan, Kang Sukipel seringkali kebelet nguyuh ataupun kebelet mbenjret yang tentu saja membutuhkan jeda buat metangkring di mbese. Tapi metangkring di mbese bukanlah tujuan perjalanan, maka hanya butuh waktu seperlunya. Demikian pula saat mampir makan dan ngombe.

Beruntung Kang Kemin dibekali limaratus rebu ripis oleh bosnya, sehingga bisa mendapat bis kelas VIP, ber-AC, dengan kursi yang mak bedunduk bisa ditekuk-tekuk. Salah seorang rekan kerja Kang Sukipel hanya dibekali sang Bos limapuluh rebu ripis. Sehingga dia harus berulang kali nyegat truk yang lewat buat nebeng numpang ke Jakarta. Tentu saja yang dia tumpangi yang jelas-jelas jurusan Jakarta. Gak peduli apakah itu truk pengangkut ayam, pengangkut terong, bahkan pernah juga truk pengangkut sampah. Yang penting tujuannya ke Jakarta. Pernah rekan Kang Sukipel ini ditawari tiket bis AC bertoilet mewah, tapi jurusannya ke Kalisoro, satu lokasi yang arahnya berlawanan dengan arah ke Jakarta, tentu saja ditolak mentah-mentah.

Itu semua hanyalah sebuah analogi. Bahwa ketika seseorang memiliki satu tujuan yang hendak dituju, maka tertib hidupnya akan menyesuaikan diri dengan tujuannya tersebut. Tertib hidup bisa dilihat dari kebiasaan yang dibangun, dan juga perilaku yang dikembangkan. Kita bisa tahu kemana Kang Sukipel hendak pergi dengan melihat bis jurusan mana yang dia pilih untuk dikendarainya.

Sampeyan dan kita semua, pastilah memiliki tujuan hidup. Jikalau sampeyan pedagang, yang siang malamnya otak sampeyan dipenuhi dengan dagangan terus menerus, sholat pun dipenuhi dengan doa-doa agar dagangannya laris, tahajudpun minta itu. Bahkan ketika hajipun permintaannya didepan Ka’bah tak jauh dari itu. Rela puasa nDawud biar dagangannya laku, dan kalau sedekah selalu minta doa pada yang disedekahi agar dagangannya laku. Maka tertib yang sampeyan bangun adalah tertib seorang pedagang tulen dimana tujuan hidup sampeyan benar-benar untuk menjadi pedagang. Tak lebih. Bahkan sholat, puasa, shodaqoh dan haji pun diarahkan untuk menyukseskan diri untuk menjadi pedagang.
Demikian pula jika itu dokter, ingsinyur, dosen, guru, wartawan, petani gurem, manajer eksekutip ataupun yang lainnya. Boleh jadi sampeyan tetep ngibadah, tetep njalani sholat, sedekah, haji, puasa, bahkan yang sunah sekalipun. Tapi sampeyan mencanangkan dan mematok tujuan hidup yang semuanya diarahkan hanya sekedar berhenti di dunia ini. Kendaraan-kendaraan trayek akherat pun dikendarai sekedar sampai di dunia saja. Karena tertib-tertib hidup beserta kebiasaan yang dibangun adalah jelas dia arahkan sekedar berhenti di terminal dunia.

Lihatlah tertib hidup yang sampeyan bangun saat ini! Lihat kebiasaan keseharian yang sampeyan hidupkan sehari-hari, lalu jujurlah pada diri sampeyan, apakah tertib dan kebiasaan hidup yang sampeyan bangun itu benar-benar menggambarkan bahwa sampeyan adalah orang yang sedang mengarahkan hidup sampeyan menuju akherat yang selamat sebagaimana yang dikehendaki Sang Maha Kuasa.

Tujuan hidup akan membentuk tertib hidup. Tertib hidup akan membentuk kebiasaan hidup. Jika kebiasaan hidup dan tertib hidup sampeyan sehari-hari tidak menunjukkan tujuan hidup yang sampeyan gembar-gemborkan, yakni menuju Keridhoan Allah, bantinglah stir sampeyan. Arahkan ke tujuan yang benar. Kembalilah pada jalan yang dikehendaki Yang Maha Kuasa. Berpeganglah pada Tali Allah bersama-sama!


 By,Bayu Rafflessia

Benarkah jika Memegang / Membaca Al-Qur’an Tidak Berwudhu Terlebih Dahulu?


Begini.., Di dalam Hadits Sunan At-Tirmidzi, tidak hanya seorang ahli hadits dari para sahabat Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam dan para tabi’in berkata: Yang artinya: “Seorang laki-laki (boleh) membaca Al-Qur’an atas selain wudhu’ (dengan tidak berwudhu)”.

Di dalam hadits Sunan Tirmidzi memang ada sebuah pendapat yang menerangkan kalau membaca Al-Qur’an sambil memegang Kitab Al-Qur’an hendaknya ia berwudhu terlebih dahulu, yaitu menurut Sufyan As-tsauri, dan Syafi’i, dan Ahmad, dan Ishaq, yang berbunyi:
Yang artinya: “Dan jangan membaca dalam Mush-haf (membaca sambil memegang Kitab Al-Qur’an) kecuali dia keadaan suci (tidak dalam keadaan haid atau junub)”.

Pendapat di atas hendak menunjukkan lebih pada ta’dhzim (mengagungkan / menghormati) terhadap Kitab Suci Al-Qur’an.

Di dalam Hadits Sunan Nasa’i Juz 1 hal 144, Ali berkata :
Yang artinya: “Rosuululohi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam pernah keluar dari W.C (Water Clause) terus membaca Al-Qur’an, dan makan daging dan tidak ada sesuatu yang menghalang-halangi beliau untuk membaca Al-Qur’an kecuali keadaan Junub”.

Yang artinya: “Adalah Rosulullohi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam membaca Al-Qur’an disetiap ada kesempatan selama beliau tidak dalam kondisi sedang junub”.

Cinta Al-Qur’an, adalah hamilul qur’an, ahlullooh

Di dalam Hadits Sunan Tirmidzi, Juz 1, hal 98, yang berbunyi:
Yang artinya: “Adalah Rosulullohi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam membacakan Al-Qur’an pada kami atas setiap keadaan (kapan saja) selama beliau tidak sedang junub”.

Rosulullohi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam bersabda dalam Hadits Sunan Ibnu Majah Juz 1 hal 195, yang berbunyi:
Yang artinya: “Orang junub dan orang haid jangan membaca Al-Qur’an (baik secara hafalan maupun dengan memegang mushaf)”.

Di dalam Hadits Sunan Ibnu Majah Juz 1 hal 195, yang berbunyi:
Yang artinya: “Rosulullohi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam pernah mendatangi W.C terus beliau menyelesaikan hajatnya kemudian beliau keluar lalu beliau makan roti dan daging bersama kami dan beliau langsung mebaca Al-Qur’an (tidak berwudhu)”.

Adapun pengertian ayat 77-79 dari surat Al Waaqi’ah, No. Surat: 56, yang berbunyi:
Yang artinya: “Sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah bacaan yang sangat mulia, pada Kitab yang terpelihara (dilauh Mahfudhz), tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan (Malaikat)”.

Perhatikan kalimat “tidak menyentuhnya” itu artinya “tidak tersentuh” bukan “tidak boleh menyentuhnya”. Sedang kalimat “hamba-hamba yang disucikan” maksudnya: Malaikat-malaikat. Kalimatnya bukan “hamba-hamba yang suci” dalam pengertian orang-orang yang berwudhu. Yang dimaksud ayat itu adalah Al-Qur’an yang asli/induk yang disimpan di Lauhim Mahfudhz (papan terjaga), yang pernah dibawa oleh malaikat Jibril pada waktu tadarusan bersama Rosululloh setiap bulan Romadhon, yang hanya bisa dipegang oleh malaikat-malaikat dan Jibril saja. Perhatikan firman Alloh dalam Al-Qur’an, Surat ‘Abasa, No. Surat: 80, Ayat: 11-16, yang berbunyi:
Yang artinya: “Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya Al-Qur’an itu adalah suatu peringatan, maka barang siapa yang menghendaki tentulah dia mengingatnya di dalam mush-haf yang dimuliakan (Kitab dari Lauhul Mahfuudhz), yang di tangan penulis (malaikat Jibril) yang mulia lagi baik”.

Dapat di lihat firman Alloh dalam Al-Qur’an Surat Al-Buruuj No. Surat: 85, Ayat: 21-22, yang berbunyi:
Yang artinya: “Bahkan itu adalah Qur’an yang agung di dalam Lauhim Mahfuudhz (papan yang dijaga).

Lihat Hadits Shohih Bukhori Juz 3 hal 33, yang berbunyi:
Yang artinya : Ibni Abbas berkata: “Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam adalah manusia yang paling semangat terhadap kebaikan, beliau paling semangat di bulan Romadhon yaitu pada sa’at malaikat Jibril Alaihis Salaam sedang menemuinya. Malaikat Jibril selalu menemuinya setiap malam pada bulan Romadhon sampai bulan Romadhon selesai, Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam menyampaikan Al-Qur’an (minta dikoreksi) pada malaikat Jibril Alaihis Salaam (Jibril sambil memegang Al-Qur’an induk). Pada sa’at akan bertemu dengan malaikat Jibril Alaihis Salaam itulah beliau lebih semangat ketimbang angin yang dilepas”.

Jika pengertian hamba-hamba yang disucikan dalam ayat 79 itu adalah setiap orang yang mau memegang Al-Qur’an harus berwudhu’ alangkah sulitnya ini bagi si Penjual Al-Qur’an. Betapa malasnya sang anak ketika ia disuruh oleh orang tuanya untuk mengambilkan Al-Qur’an, jika ia harus berwudhu terlebih dahulu. Belum lagi kalau tiba-tiba ada Al-Qur’an yang jatuh dari suatu tempat sementara kita tidak punya wudhu, repot amat kalau harus berwudhu dulu, dll. Dan tidak ada satu buah hadits pun yang menerangkan tentang sangsinya orang yang tidak berwudhu memegang Al-Qur’an. Yang jelas pengertian bahwa kalau mau memegang Al-Qur’an harus berwudhu terlebih dahulu itu bertentangan dengan hadits-hadits yang menceritakan bahwa Rosululloh sendiri tidak berwudhu jika akan memegang atau membaca Al-Qur’an. Pengertian bahwa setiap orang yang akan memegang Al-Qur’an harus berwudhu, itu harus dipatahkan, karena dapat menghambat bagi setiap orang yang ingin mencintai membaca Al-Qur’an. Membuat orang menjadi enggan menyentuh Al-Qur’an, apalagi membacanya.
By.Bayu Rafflessia 

“DO’A ADALAH REFLEKSI PENGAKUAN MANUSIA ATAS KELEMAHAN DIRINYA SEBAGAI MAKHLUK”


Luuurrrr, dalam pandangan Islam, do’a menempati posisi yang sangat penting. Do’a dan usaha bagaikan dua sisi mata uang yang saling berkaitan dan tak terpisahkan. Tidak ada yang satu tanpa adanya yang lain. Tidak akan sukses dan barokah suatu usaha tanpa disertai do’a, dan tidak berguna do’a tanpa diiringi usaha dan kerja keras. Pendek kata, do’a dan usaha harus selalu seiring, sejalan dan seirama untuk saling melengkapi. Semakin banyak permintaan yang disampaikan seseorang dalam do’anya, maka semakin keras pula usaha dan kerja yang mesti dilakukannya. Pekerjaannya harus sesuai dengan isi do’anya. Begitu juga sebaliknya. Semakin besar dan rumit usaha dan kerja seseorang, maka hendaknya semakin khusyu’, tawadhu’ dan tadhorru’ pula dalam do’a yang harus dilakukannya.

Sedemikian pentingnya do’a, sehingga Al-Qur’anul karim dibuka dan ditutup dengan surat-surat yang sarat dengan rangkaian do’a, yakni Surat Al-Fatihah dan Surat Al-Ikhlaash, Al-Falaq, An-Naas. Setelah dibuka dengan menyebut nama Alloh Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dan pujian atas keagungan dan kemuliaan-Nya, Surat Al-Fatihah dilanjutkan dengan rangkaian do’a. Isinya harapan agar kita diberikan petunjuk kejalan ‘mustaqiim’ (yaitu jalan/agama yang lurus, benar) serta terhindar dari jalan ‘maghdhubi’ yakni jalan orang-orang yang dimurkai Alloh (yaitu jalan/agama Yahudi) maupun jalan ‘dhoolliin’yakni jalan orang-orang yang tersesat (yaitu jalan/agama Nasroni). Sedangkan Surat Al-Ikhlaash, Al-Falaq, An-Naas, berisi permohonan kepada Alloh agar kita senantiasa terbebas dari godaan, gangguan syaithon; manusia dan jin.

Setidak-tidaknya ada tiga alasan mengapa do’a dianggap begitu penting dalam pandangan Islam.
Pertama, do’a adalah refleksi pengakuan manusia atas kelemahan dirinya sebagai makhluk Tuhan. Betapapun manusia diciptakan Alloh dalam sebaik-baiknya penciptaan ‘fii ahsani taqwiim’ dan diangkat sebagai kholifah Alloh di muka bumi, namun manusia tetaplah manusia sebagai makhluk yang lemah, dhzolim dan jahil. Setiap insan, ketika dilahirkan ke dunia dari rahim ibunya, dalam keadaan bodoh, lemah, dan papa. Ia bodoh, karena ia tak bisa dan tak tahu apa-apa selain menangis. Ia lemah lantaran tak bisa mengurus dirinya sendiri seperti; makan, minum, dan membersihkan diri, berpakaian tanpa bantuan dari ibunya atau orang lain. Ia papa/miskin sebab ia tidak punya apa-apa, selain jasadnya yang telanjang tanpa sehelai benang.

Jadi, manusia mulia karena ia dimuliakan oleh Alloh. Kita menjadi pintar dan berilmu karena dibekali Alloh akal yang cerdas. Kita menjadi sehat, kuat dan berotot lantaran mendapat suplai udara bersih dan asupan makanan bergizi yang disediakan Alloh di darat, di laut dan di udara. Manusia menjadi kaya dan berpunya disebabkan kucuran dana segar berupa rezeki yang melimpah dari Alloh. Artinya, segala kecerdasan, kekuatan, kekayaan dan ketinggian derajat manusia bukan datang dari dirinya sendiri, tapi karena ‘rohmat’ kasih sayang Alloh kepada manusia. Maka, sekuat, sekaya, sekuasa dan sepintar apapun manusia, pada hakekatnya ia tetaplah makhluk yang lemah. Ia tidak akan pernah mampu mengatasi berbagai persoalan hidup yang dihadapinya sendirian. Ia membutuhkan bantuan kekuatan lain, terutama bantuan Alloh Ta’laa.

Kedua, do’a adalah wujud pengakuan manusia akan adanya kekuatan lain di luar dirinya yang Maha Aziiz, Maha Qodiir, dll, yakni Allohu Subhaanahu Wa Ta’alaa. Dengan kata lain, do’a adalah cermin ketundukan dan kepasrahan seorang hamba kepada Alloh. Karena itu, do’a merupakan bagian dari ibadah (pengabdian seorang hamba kepada Alloh). Berdo’a bermakna seseorangtelah secara sadar menempatkan dirinya sebagai hamba Alloh Ta’alaa.

Ketiga, do’a merupakan kebutuhan manusia. Seperti halnya makanan, minuman, pakaian, ilmu yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan fisik dan akal manusia, do’a juga merupakan kebutuhan bathiniyah insan. Dengan berdo’a, manusia bukan saja mempunyai media dan sarana curhat, tapi juga dapat membangkitkan harapan dan optimisme. Itulah sebabnya, Rosulullohi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam menyebut do’a sebagai ‘saiful mu’miniin’ pedang/senjata orang-orang iman. Karenanya seluruh kehidupan manusia selama 24 jam, sehari dan semalam penuh selalu dengan do’a-do’a. Mulai dari do’a masuk rumah sampai dengan do’a minta keamanan hingga upaya agar do’a cepat terkabul. Dengan melantunkan do’a pada segala aktivitas hidup sehari-hari, kita telah melakukan dua kebaikan sekaligus. Pertama, memuaskan dahaga bathiniah kita yang selalu mendambakan kelancaran, kebarokahan dan keselamatan. Kedua, beribadah (mengabdi) kepada Alloh.

Maka, berbeda dengan manusia, betapapun baik dan dermawannya yang kerap merasa kesal bila diminta terus menerus, Alloh Ta’alaa justru mencintai hamba-Nya yang rajin berdo’a. “Semakin sering kita berdo’a kepada Alloh, maka Alloh semakin sayang kepada kita. Sebaliknya, mereka yang enggan berdo’a kepada-Nya dinilai-Nya sebagai orang yang sombong dan takabur”. Sebagaimana Alloh Ta’alaa berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Mu’min, No. Surat: 40, Ayat: 60, yang berbunyi:
Yang artinya: “Dan Tuhan kamu sekalian berfirman: "Berdoalah kamu sekalian kepada-Ku, niscaya akan Kukabulkan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku [yang dimaksud dengan menyombongkan diri dari menyembah-Ku di sini ialah tidak mau berdoa kepada-Ku] maka ia akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina".

Untuk mendorong dan merangsang manusia berdo’a kepada-Nya, Alloh Ta’alaa menegaskan betapa sangat dekatnya Dia dengan kita dan Dia akan mengabulkan permohonan seorang hamba yang berdo’a kepada-Nya, terlebih yang berdo’a itu adalah orang yang teraniaya dari mukmin atau kafir, maka Alloh akan mengijabah do’anya, walaupun sudah setahun yang lalu.

Alloh Ta’alaa berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqoroh, No. Surat: 2, Ayat: 186, yang berbunyi:
Yang artinya: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”.

Sebagai akhir kata dari saya, apabila ada ulat (perangai), ulah (prilaku), dan ucap (tutur kata) saya yang kurang berkenan dalam hati sedulur jama’ah sekalian, saya mohon ma’af yang sebesar-besarnya, wabillaahi taufiq walhidayah was-salaamu ‘alaikum warohmatulloohi wa barokatuh(u)”.

"SHOLAWAT DAN PR (PENGAMALAN RUTIN)"


1. Membaca sholawat atas Nabi Muhammad Shollalloohu Alaihi Wasallam, yang berbunyi:
Alloohumma Sholli ‘Alaa Muhammade’, Wa ‘Alaa Aali Muhammade’, Kamaa Shollaita ‘Alaa Aali Ibe’roohiim, Wa Baarik ‘Alaa Muhammade’, Wa ‘Alaa Aali Muhammade’, Kamaa Baarokta ‘Alaa Aali Ibe’roohiim, Fil ‘Aalamiina Innaka Hamiidum Majiide’.
Artinya: “Ya Alloh, semoga Engkau memberi rohmat atas Muhammad dan atas keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi rohmat atas keluarga Ibrohim dan semoga Engkau memberi barokah atas Muhammad dan atas keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi barokah atas keluarga Ibrohim di dalam seluruh alam. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung”.

Keutamaannya: Barangsiapa yang membaca Sholawat Nabi 1 X, maka Alloh memberinya sepuluh rohmat.

2. Membaca do’a-do’a pengampunan dosa dan kesalahan, seperti berikut ini:

1. Laa Ilaaha Illalloohu Wahdahu Laa Syariika Lah(u), Lahul Mulku Wa Lahul Hamdu Wa Huwa ‘Alaa Kulli Sya-ing Qodiir(un).
Artinya: Tidak ada Tuhan kecuali Alloh Yang Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya kerajaan, dan bagi-Nya segala puji, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Keutamaannya: Rosululloh Shollalloohu Alaihi Wasallam, bersabda: “Barangsiapa yang membaca do’a ini, 100 X dalam sehari, maka (pahalanya), seperti memerdekakan 10 orang budak, ditulis 100 kebaikan, dihapus 100 kejelekannya, dijaga dari syetan pada hari itu sejak pagi hari sampai sore hari, dan tidak ada yang lebih afdhol dari orang tersebut kecuali orang yang lebih banyak lagi membacanya”. (HR. Bukhori).

2. Sube’haanalloohi Wabihamdih(i).
Artinya: Maha Suci Alloh dan dengan memuji-Nya.

Keutamaannya: Rosululloh Shollalloohu Alaihi Wasallam, bersabda: “Barangsiapa yang membaca kalimat ini 100 X dalam sehari, maka dosa-dosanya dihapus meskipun banyaknya seperti buih lautan (HR. Bukhori).

3. Sube’haanalloohil ‘Adhziim(i),Sube’haanalloohi
Wabihamdih(i).
Artinya: Maha Suci Alloh Yang Maha Agung, Maha Suci Alloh dan dengan memuji-Nya.

Keutamaannya: Nabi Shollalloohu Alaihi Wasallam, bersabda: “Dua kalimat ini, adalah dua kalimat yang sangat disenangi Alloh Yang Maha Pengasih, diucapkannya ringan, tapi bisa memberatkan timbangan amal. (HR. Bukhori).

4. Laa Ilaaha Illallooh(u), Walloohu Akbar(u), Walaa Haula Walaa Quwwata Illaa Billaah(i)
Artinya: Tidak ada Tuhan kecuali Alloh, dan Alloh Maha Besar, dan tidak ada upadaya dan kekuatan kecuali dengan Alloh.

Keutamaannya: Nabi Shollalloohu Alaihi Wasallam, bersabda: “Tidak ada seseorang di atas bumi yang membaca kalimat ini kecuali dosanya dihapus meskipun banyaknya seperti buih lautan”. (HR. Tirmidzi).

5. Astaghfirulloohalladzii Laa Ilaaha Illaa Huwal Hayyal Qoyyuuma Wa Atuubu Ilaih(i).
Artinya: Aku mohon ampun kepada Alloh, Yang tidak ada Tuhan kecuali Dia Yang Hidup lagi Berdiri Sendiri, dan aku bertaubat kepada-Nya.

Keutamaannya: Rosululloh Shollalloohu Alaihi Wasallam, bersabda: “Barangsiapa yang membaca kalimat ini, dosanya dihapus sekalipun (dosa yang disebabkan karena) dia lari dari perang”. (HR. Abu Daud).

6. Rodhiitu Billaahi Robbaa, Wabil Islaami Diinaa, Wabi Muhammadding Shollalloohu ‘Alaihi Wasallama Rosuulaa.
Artinya: Aku ridho/senang dengan Alloh sebagai Tuhan, dan dengan Islam sebagai agama, dan dengan Muhammad Shollalloohu ‘Alaihi Wasallam sebagai rosul/utusan.

Keutamaannya: Nabi Shollalloohu Alaihi Wasallam, bersabda: “Barangsiapa yang membaca kalimat ini, maka dia wajib masuk surga”. (HR. Abu Daud).

7. Sube’haanakalloohumma Wabi Hamdik(a), Asyhadu Allaa Ilaaha Illaa Anta, Astaghfiruka Wa Atuubu Ilaik(a)
Artinya: Maha Suci Engkau, ya Alloh, dan dengan memuji-Mu, aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali Engkau, aku mohon ampunan kepada-Mu, dan aku bertaubat kepada-Mu.

Keutamaannya: Rosululloh Shollalloohu Alaihi Wasallam, bersabda: “Barangsiapa yang duduk, ditempat duduknya itu dia banyak lahan (ucapan atau perbuatan yang percuma) lantas dia membaca do’a ini sebelum berdiri dari tempat duduknya, maka dosa-dosa yang terjadi selama dia duduk ditempat tersebut, diampuni semua”. (HR. Tirmidzi).

8. Robbighfirlii Watube’ ‘Alayya Innaka Antat Tawwaabur Rohiim(u).
Artinya: Ya Tuhanku, ampunilah aku, dan terimalah taubatku. Sesungguhnya Engkau adalah Dzat yang menerima taubat lagi Maha Penyayang.

Keutamaannya: Ibnu Umar, berkata: “Sesungguhnya kami pernah menghitung sekali Nabi Muhammad Shollalloohu Alaihi Wasallam, duduk, selalu membaca do’a ini sebanyak 100 X (HR. Abu Daud).

9. Bismillaahil Ladzii Laa Yadhurru Ma’asmihi Syai-ung Fil-ardhi Walaa Fis Samaa-‘(i), Wahuwas Samii-‘ul ‘Aliim(u).
Artinya: Dengan nama Alloh, yaitu Yang bersama nama-Nya, maka tidak ada sesuatu di dalam bumi dan tidak ada sesuatu di dalam langit yang dapat membinasakan. Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Keutamaannya: Nabi Shollalloohu Alaihi Wasallam, bersabda: “Manakala seorang hamba setiap pagi hari dan sore hari membaca do’a ini, maka ia tidak akan bisa dimudhorot/dibinasakan oleh sesuatu”. (HR. Tirmidzi).

10. Alloohumma Anta Robbii Laa Ilaaha Illaa Anta, Kholaqo’tanii Wa Ana ‘Abe’duka Wa Ana ‘Alaa ‘Ahdika Wawa’dika Mastatho’tu, A’uudzu Bika Ming Syarri Maa Shona’tu Wa Abuu-u Ilaika Bini’matika ‘Alayya Wa A’tarifu Bidzuunubii Farghfir Lii Dzunuubii Innahu Laa Yaghfirudz Dzunuuba Illaa Anta.
Artinya: Ya Alloh, Engkau Tuhanku, Tidak ada Tuhan kecuali Engkau, yang telah menciptakanku, dan aku adalah hamba-Mu, dan aku menetapi janji-Mu dan janji-Mu selama aku masih mampu. Aku berlindung dengan-Mu dari kejelekan yang telah aku perbuat, dan aku kembali kepada-Mu sebab nikmat-Mu atasku, dan aku mengakui dengan dosa-dosaku, maka mengampunilah padaku terhadap dosa-dosaku. Bahwa tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau.

Keutamaannya: Nabi Shollalloohu Alaihi Wasallam, bersabda: “Manakala pada sore hari seseorang membaca kalimat ini, ternyata sebelum pagi hari ia mati, maka ia wajib masuk surga. Dan Manakala pada pagi hari seseorang membaca kalimat ini, ternyata sebelum sore hari ia mati, maka ia wajib masuk surga”. (HR. Tirmidzi).

11. Laa Ilaaha Illalloohul ‘Aliyyul Haliim(u), Laa Ilaaha Illaalloohu Robbul ‘Arsyil ‘Adhziim(i), Laa Ilaaha Illaalloohu Robbus Samaawaati Wal Ardh(i), Warobbul ‘Arsyil Kariim(i).
Artinya: Tidak ada Tuhan kecuali Alloh Yang Maha Tinggi lagi Maha Aris, Tidak ada Tuhan kecuali Alloh, yaitu Tuhannya Arsy yang agung, tidak ada Tuhan kecuali Alloh, yaitu Tuhannya beberapa langit dan bumi dan Tuhannya Arsy yang mulia.

Keutamaannya: Ibnu Abbas, berkata: “Sesungguhnya ketika Nabi Shollalloohu Alaihi Wasallam, sedang susah, beliau membaca kalimat ini”. (HR. Tirmidzi).

12. Sube’haanallooh(i) (dibaca 100 X), Al-hamdulillaah(i) (dibaca 100 X), Laa Ilaaha Illallooh(u) (dibaca 100 X), Alloohu Akbar(u) (dibaca 100 X)

Artinya: Maha Suci Alloh, segala puji bagi Alloh, tidak ada Tuhan kecuali Alloh, Alloh Maha Besar.
By,Bayu Rafflessia 
Keutamaannya: Rosululloh Shollalloohu Alaihi Wasallam, bersabda:
a. “Barangsiapa, pada waktu pagi hari membaca Tasbih 100 X, dan pada waktu sore harinya ia membaca Tasbih 100 X, maka pahalanya adalah seperti orang yang menunaikan ibadah haji sebanyak 100 X”.

b. “Barangsiapa, pada waktu pagi hari membaca Tahmid 100 X, dan sore harinya ia membaca Tahmid lagi 100 X, maka pahalanya adalah seperti menyerahkan !00 ekor kuda ke fii Sabiilillaahi (jalan/agama Alloh)”.

c. “Barangsiapa, pada waktu pagi hari membaca Tahlil 100 X, dan sore harinya membaca Tahlil lagi 100 X, maka pahalanya adalah seperti memerdekakan 100 orang budak dari keturunan Nabi Isma’il”.

d. “Barangsiapa, pada waktu pagi hari membaca Tabir 100 X, dan sore harinya membaca Takbir lagi 100 X, maka sudah tidak ada yang lebih pol lagi dari orang tersebut kecuali orang yang membaca Takbirnya lebih banyak lagi daripada orang tadi” (HR. Tirmidzi).

13. Al-hamdulillaahil Ladzii ‘Aafaanii Mimmaabe’talaaka Bihi Wafadh Dholanii ‘Alaa Katsiirim Mimman Kholaqo Tafdhiilaa(n).
Artinya: Segala puji bagi Alloh, yaitu Yang telah menyehatkanku dari apa yang menimpamu, dan telah mengutamakan diriku dari kebanyakan makhluk yang engkau ciptakan.

Keutamaannya: Rosululloh Shollalloohu Alaihi Wasallam, bersabda: “ Barangsiapa yang melihat orang lain yang sedang mendapatkan cobaan, kemudian ia membaca kalimat ini, maka ia tidak akan pernah dicoba dengan cobaan seperti yang sedang menimpa orang tersebut”. (HR. Tirmidzi).